loading...
PID Controler
Intrumentasi dan control industri tentu
tidak lepas dari sistem instrumentasi sebagai pengontrol yang digunakan dalam
keperluan pabrik. Sistem kontrol pada pabrik tidak lagi manual seperti dahulu,
tetapi saat sekarang ini telah dibantu dengan perangkat kontroler sehingga
dalam proses produksinya suatu pabrik bisa lebih efisien dan efektif. Kontroler
juga berfungsi untuk memastikan bahwa setiap proses produksi terjadi dengan
baik.
PID (Proportional–Integral–Derivative
controller) merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem
instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut.
Pengontrol PID adalah pengontrol konvensional yang banyak dipakai
dalam dunia industri. Pengontrol PID akan memberikan aksi kepada
Control Valve berdasarkan besar error yang diperoleh. Control valve akan
menjadi aktuator yang mengatur aliran fluida dalam proses industri yang terjadi
Level air yang diinginkan disebut dengan Set Point. Error adalah perbedaan dari
Set Point dengan level air aktual.
Keterangan :
mv(t) = output dari pengontrol PID atau Manipulated Variable
Kp = konstanta
Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta
Detivatif
e(t) = error (selisih antara set point dengan level aktual)
Persamaan Pengontrol PID diatas dapat
juga dituliskan sebagai berikut :
dengan :
Untuk lebih memaksimalkan kerja
pengontrol diperlukan nilai batas minimum dan maksimum yang akan membatasi
nilai Manipulated Variable yang dihasilkan.
Komponen kontrol PID ini terdiri dari
tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan Derivatif. Ketiganya dapat
dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita
inginkan terhadap suatu plant.
1.
Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k
adalah konstanta.
Jika u = G(s) • e maka u = Kp • e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time. Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).
Jika u = G(s) • e maka u = Kp • e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time. Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).
Ciri-ciri pengontrol proporsional :
1.
Jika nilai Kp kecil, pengontrol
proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan
menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah rise time).
2.
Jika nilai Kp dinaikkan,
respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai keadaan mantapnya
(mengurangi rise time).
3.
Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga
mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil
atau respon sistem akan berosilasi.
4.
Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga
mengurangi steady state error, tetapi tidak menghilangkannya.
2.Kontrol
Integratif
Pengontrol Integral berfungsi
menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap nol (Error
Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan
keadaan mantapnya nol.
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat
dinyatakan sebagai u(t)=[integral e(t)dT]Ki dengan Ki adalah konstanta
Integral, dan dari persamaan di atas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u=Kd.[delta
e/delta t]. Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi
sangat besar sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati
nol maka efek kontrol I ini semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki
sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak
tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berosilasi karena menambah orde system. Keluaran pengontrol ini
merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Jika
sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, maka keluaran akan menjaga keadaan
seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol
integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan / error.
Ciri-ciri pengontrol integral :
1.
Keluaran pengontrol integral membutuhkan
selang waktu tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung memperlambat
respon.
2.
Ketika sinyal kesalahan berharga nil,
keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai sebelumnya.
3.
Jika sinyal kesalahan tidak berharga
nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh
besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4.
Konstanta integral Ki yang berharga
besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta
Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.
3.Kontrol
Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki
sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada
masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat.
Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol juga tidak
mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal
berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan
(fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan
factor konstanta Kd.
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh
kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s)=s.Kd Dari persamaan di atas, nampak
bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks “kecepatan” atau rate dari error.
Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada
perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal
ini pula yang menyebabkan kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri
Ciri-ciri
pengontrol derivatif :
1.
Pengontrol tidak dapat menghasilkan
keluaran jika tidak ada perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyal
kesalahan)
2.
Jika sinyal kesalahan berubah terhadap
waktu, maka keluaran yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai Kd dan
laju perubahan sinyal kesalahan.
3.
Pengontrol diferensial mempunyai suatu
karakter untuk mendahului, sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi
yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi
pengontrol diferensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan
aksi yang bersifat korektif dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
4.
Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat
meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi overshoot.
Berdasarkan karakteristik pengontrol
ini, pengontrol diferensial umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu
sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan tunaknya. Kerja
pengontrol diferensial hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada
periode peralihan. Oleh sebab itu pengontrol diferensial tidak pernah digunakan
tanpa ada kontroler lainnya.
Efek dari setiap pengontrol
Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup tertutup disimpulkan pada
table berikut ini :
Setiap kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing pengontrol P, I dan D dapat saling menutupi dengan menggabungkan
ketiganya secara paralel menjadi pengontrol proporsional plus integral plus
diferensial (pengontrol PID). Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing
secara keseluruhan bertujuan :
1.
mempercepat reaksi sebuah sistem
mencapai set point-nya
2.
menghilangkan offset
3.
menghasilkan perubahan awal yang besar
dan mengurangi overshoot.
Kita coba ambil contoh dari pengukuran
temperatur, setelah terjadinya pengukuran dan pengukuran kesalahan maka
kontroler akan memustuskan seberapa banyak posisi tap akan bergeser atau
berubah. Ketika kontroler membiarkan valve dalam keadaan terbuka, dan bisa saja
kontroler membuka sebagian dari valve jika hanya dibutuhkan air yang hangat,
akan tetapi jika yang dibutuhkan adalah air panas, maka valve akan terbuka
secara penuh. Ini adalah contoh dari proportional control. Dan jika ternyata
dalam prosesnya air panas yang diharapkan ada datangnya kurang cepat maka
controler bisa mempercepat proses pengiriman air panas dengan membuka valve
lebih besar atau menguatkan pompa, inilah yang disebut dengan intergral
kontrol.
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi
oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Penyetelan konstanta
Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen.
Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol
disbanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi
pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
Adapun beberapa grafik dapat menunjukkan bagaimana respon dari sitem
terhadap perubahan Kp, Ki dan Kd sebagai berikut :
PID Controler adalah controler yang
penting yang sering digunakan dalam industri. Sistem pengendalian menjadi
bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses kehidupan ini khususnya dalam
bidang rekayasa industri, karena dengan bantuan sistem pengendalian maka
hasil yang diinginkan dapat terwujud. Sistem pengendalian dibutuhkan untuk
memperbaiki tanggapan sistem dinamik agar didapat sinyal keluaran seperti yang
diinginkan. Sistem kendali yang baik mempunyai tanggapan yang baik terhadap
sinyal masukan yang beragam.
loading...







Comments
Post a Comment