loading...
PENDAHULUAN
Masalah penentuan harga transfer
dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba,
dan antar pusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau jasa.
Perusahaan yang mengalami perkembangan pesat dalam bisnisnya, seringkali
menempuh diversifikasi usahanya untuk memasuki berbagai pasar. Diversifikasi
merupakan suatu usaha manajemen puncak untuk menghadapi ketidakpastian yang
semakin tinggi dalam menghadapi teknologi dan lingkungan bisnis yang semakin
kompleks. Semakin luas proses diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen
puncak, semakin diperlukan berbagai alat untuk mengintegrasikan unit-unit
organisasi yang telah dibentuk. Harga transfer merupakan salah satu alat untuk
menciptakan mekanisme integrasi dalam perusahaan yang mendiversifikasi
bisnisnya.
Diversifikasi bisnis dilakukan dengan
membentuk pusat-pusat laba. Proses pembentukan pusat-pusat laba disebut dengan
divisionalisasi. Divisionalisasi tidak selalu diikuti dengan desentralisasi
wewenang manajemen puncak kepada para manajer divisi yang dibentuk.
Divisionalisasi yang diikuti dengan desentralisasi wewenang manajemen puncak
akan mengakibatkan divisi-divisi seolah-olah sebagai perusahaan yang bebas
(independent companies) yang diukur kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh
divisi. Harga transfer mempunyai peran ganda. Di satu sisi, harga transfer
mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer
menetepkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan
laba. Di sisi lain, harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk
menciptakan mekanisme integrasi. Dengan kebijakan ini, manajer divisi dipaksa
untuk merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi yang terlibat,
sehingga dua atau lebih divisi yang terpisah perlu melakukan hubungan dalam
mencapai tujuan perusahaan bersama.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harga Transfer
• Harga
transfer (dalam arti luas) adalah penentuan harga barang atau jasa yang
ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban dalam satu organisasi tanpa
memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya.
• Harga
transfer (dalam arti sempit) adalah harga perpindahan barang antara dua pusat
laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini
digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
Oleh sebab itu di dalam suatu perusahaan
terdapat :
1. Divisi
yang menjual produk (barang/jasa) = penjual.
2. Divisi
yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.
Sehingga dalam divisi-divisi tersebut
perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan :
1.Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar
perusahaan atau eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi penjual).
2.Keputusan penetapan (penentuan) besarnya
harga transfer
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada
penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli
dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit,
harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer
yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer
menjadi hal yang sangat penting.
Gambar 1
Skenario Harga Transfer
2.2 Penentuan Harga Transfer
2.2.1 Metode Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer
manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga
tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain
itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan
manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga
transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk
tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal
tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan
yang menetapkan prinsip ini.
Metode penentuan Harga Transfer :
1.
Metode
Variable Cost, adalah penetapan harga transfer yang sama dengan biaya
variabel unit penjualan, à Standard + Laba. Hal ini dilakukan apabila penjual mempunyai
kapasitas yang berlebihan. Tujuan utamanya adalah untuk memuaskan permintaan
internal karena harganya cukup rendah.
2.
Metode
Full Cost, adalah penetapan harga transfer berdasarkan pembebanan penuh ,
dan yang paling umum digunakan karena dapat dipahami dengan baik dan
informasinya siap tersedia pada catatan akuntansi. Kelemahannya adalah termasuk
biaya-biaya tetap yang berpengaruh terhadap keputusan jangka pendek.
3.
Metode
Market Price, adalah penetapan harga transfer berdasarkan harga pasar, dan
metode ini paling disukai. Keunggulannya bahwa harga transfernya cukup
obyektif.
Kelemahannya bahwa harga pasar produk/jasa tertentu tidak
tersedia.
4.
Metode
Negotiated Price, adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi
antara 2 (dua) pusat pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat
suatu pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai
kesepakatan harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya.
Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut..
Metode penentuan harga transfer oleh perusahaan pada
umumnya menggunakan tidak hanya 1 (satu) metode, tetapi 2 (dua) metode atau
lebih, dan hal ini disebut dual pricing.
Prinsip dasar, harga transfer sebaiknya sama dengan harga
yang dikenakan seandainya produk tersebut dijual kekonsumen di luar atau dibeli
dari pemasok luar. Situasi yang paling ideal adalah berdasarkan harga pasar,
hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi :
1.Orang-orang yang kompeten à yang
harus memperhatikan kinerja jangka panjang yang sama dengan jangka pendek.
2.Atmosfer yang baik à profitabilitas
sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga harga transfer dikehendaki yang adil.
3.Kondisi pasar à yang
normal dan mapan, ini identik dengan kondisi produk yang sama (kualitas,
kuantitas dan waktu pengiriman),sehingga memperoleh penghematan dari penjualan
di dalam perusahaan.
4.Kebebasan
memperoleh sumber daya à sehingga manajer pusat
labadapat berurusan dengan pihak eksternal dan internal, dan harga transfer
merupakan biaya kesempatan bagi penjual untuk menjual produknya ke dalam
perusahaan.
5.Informasi penuh à para
manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada baik dari biaya maupun
pendapatannya yang relevan.
6.Negosiasi à harus ada mekanisme kerja
untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar unit usaha.
Hambatan perolehan sumberdaya, idealnya
manajer pembelian bebas untuk mengambil keputusan memperoleh sumber daya,
sebaliknya manajer penjualan bebas untuk menjual produk ke pasar yang paling
menguntungkan. Jika kebijakan korporat membatasi, maka ada hambatan dalam
memperoleh sumber daya pada kebijakan harga transfer. Hal ini meliputi :
1.Pasar yang terbatas à pasar
bagi pusat laba penjual atau pembeli sangat terbatas, dengan alasan :
a.Kapasitas internal membatasi
pengembangan penjualan internal.
b. Perusahaan
merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdiferensiasi, tidak ada sumber daya
dari luar.
c. Jika
perusahaan telah melakukan investasi yang sangat besar, makacenderung tidak
akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati
biaya varaibel perusahaan, dan ini jarang terjadi.
Untuk mengetahui harga kompetitif, caranya : a.Ada
harga pasar yang diterbitkan.
b.Harga pasar ditentukan oleh penawaran à harga terendah mungkin akan memenangkan usaha tersebut.
c.Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di
pasar bebas akan meniru harga kompetitif yang berada di luar.
d.Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar
luar/bebas.
2. Kelebihan dan kekurangan kapasitas
industri à hal ini akan terjadi :
a. Jika pusat laba penjualan tidak bisa menjual produknya
ke pasar bebas atau mempunyai kapasitas berlebih. Perusahaan tidak dapat
mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli dari pemasok luar
sedangkan kapasitas produksinya masih memadai.
b.Jika pusat laba pembelian tidak memperoleh produk yang
diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke luar,
akibatnya kekurangan kapasitas produksi dalam industri, dan out dari pusat laba
pembelian terhambat sehingga laba perusahaan tidak optimal.
c.
Jika jumlah harga transfer kecil atau sementara à perusahaan membiar-kan para
pembeli dan penjual saling bekerja sama tanpa campur tangan Kantor Pusat.
d.
Beberapa perusahaan memberikan wewenang pusat
laba pembelian atau penjualan untuk menyerahkan keputusan memperoleh sumber
daya pada seseorang atau Komite.
e.
Jika terjadi pertentangan antara pusat laba
pembelian dengan penjualan maka yang dipilih adalah berurusan dengan pihak luar
karena mereka memberikan layanan yang terbaik.
f.
Jika ada hambatan perolehan sumber daya, maka
harga pasar adalah harga transfer yang paling baik atau cara lain yang lebih
kompetitif.
g.
Dalam penentuan harga transfer unsur-unsur
iklan, pendanaan danlain-nya yang tidak dikeluarkan oleh penjual tidak
diperhitungkan
2.2.2 Aspek Internasional Harga Transfer
Transfer pricing sering juga disebut
dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga
yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang
dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila dicermati secara lebih lanjut,
transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati
(harga pasar).
Tujuan harga transfer berubah apabila
melibatkan multinational corporation (MNC)
serta barang yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga
transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko
pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu kompetitif perusahaan dan
memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan domestik
seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali
menjadi sekunder ketika transfer internasional terlibat. Perusahaan akan lebih
fokus pada pengurangan pajak total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh
karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga
secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan
mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatunegara.
Gambar 2
Penentuan Harga Transfer Domestik dan
Internasional
Sebagai contoh, pembebanan harga
transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan mengurangi
pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau
mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan
mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu
harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri
yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan
kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki
tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak
rendah (tax haven country).
Penelitian akhir-akhir ini telah
menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaanperusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak
internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan
bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang
menerima perjanjian modal Organization of
Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa
harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga
yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara perjanjian model
tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara
negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di
seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC
untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang
berbeda dengan arm’s-length standard tersebut
2.2.3 Konsep harga transfer
Dalam arti luas harga transfer meliputi
harga produk atau jasa yang ditransfer antarpusat pertanggungjawaban dalam
perusahaan. Dengan demikian pengertian harga transfer ini meliputi semua bentuk
alokasi biaya dari departemen pembantu dan departemen produksi dan harga “jual”
produk atau jasa yang ditransfer antar pusat laba. Dalam arti sempit harga
transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam
perusahaan yang sama. Karena manajer pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan
laba yang diperoleh, maka setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba,
selalu diperhitungkan di dalamnya unsur laba
2.2.4 Karakteristik hargatransfer
Jika antar pusat laba dalam suatu
perusahaan membeli dan menjual barang, ada dua macam keputusan yang harus di
buat.
1. Keputusan pemilihan sumber. Keputusan
pertama yang harus dibuat adalah penentuan dimana produk harus diproduksi,
yaitu diproduksi di dalam perusahaan atau dibeli dari pemasok luar. Keputusan
ini disebut dengan istilah lain sourcing decision.
2. Keputusan penentuan harga transfer. Jika
produk diproduksi di dalam perusahaan, keputusan berikutnya yang harus dibuat
adalah pada harga transfer berapa produk tersebut ditransfer dari divisi
penjual ke divisi pembeli. Keputusan ini dikenal dengan istilah lain transfer
pricing decision.
Dalam penentuan harga transfer ada dua divisi yang
terlibat: divisi penjual, yang mentransfer barang atau jasa dan divisi pembeli,
yang menerima transfer barang atau jasa dari divisi penjual. Dari dua konsep
harga transfer di atas, penetuan harga transfer yang memiliki potensi untuk
menimbulkan banyak masalah adalah penentuan harga transfer barang antardivisi
sebagai pusat laba.
Harga transfer pada hakikatnya memiliki
tiga karakteristik berikut ini:
1. Masalah
harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya
berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur
yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi
pembeli.
2. Harga
transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya.
Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas
diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
2.3 Memilih dan Menentukan Harga Transfer yang benar
Harus mempertimbangkan 3 (tiga) faktor
yang dipertimbangkan dalam memutuskan apakah akan melakukan transfer-transfer
internal atau tidak, yaitu :
1.Apakah terdapat pemasok dari luar?
Jika tidak à tidak
ada harga pasar, maka harga transfer yang paling baik adalah berdasarkan biaya
atau negosiasi. Jika ada maka perlu mempertimbangkan biaya variabel penjual.
2.Apakah biaya variabel penjual lebih kecil
dari pada harga pasar? jika tidak à maka
harga jual penjual lebih tinggi dari harga pasar, sebaiknya membeli di luar
(pasar).
Sebaliknya jika ya à biaya variabel penjual lebih rendah dari harga pasar, dan
harga penjual lebih rendah maka sebaiknya membeli di dalam.
3.Apakah
unit penjual beroperasi pada kapasitas penuh?, jika tidak à berarti penjual penjual harus menjediakan bagi pembeli
internal dan
harga
transfer berada diantara harga variabel dan harga pasar, jika ya àperlu menentukan dan membandingkan penghematan biaya penjualan internal VS biaya oportunitas atas penjualan yang hilang pada unit
penjualan.
2.4 TUNJUAN DAN PRINSIP HARGA TRANFER
Tujuan harga Transfer :
• Memberikan
informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha dalam penentuan transfer yang optimum antara pendapatan dan
biaya.
• Menghasilkan
keputusan yang selaras (goal congruence), karena system yang digunakan untuk
kepuutusan dapat meningkatkan laba usaha yang akan meningkatkan laba
perusahaan.
• Membantu
pengukuran kinerja ekonomi unit usaha.
• Sistem
yang mudah dimengerti dan dikelola.
Prinsip Dasar :
Harga transfer sebaiknya sama dengan
harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke pasar atau
dibeli dari pemasok. Prinsip ini sulit à ekonomi
klasik harga jual = biaya marginal, karena labanya optimum (tetapi tidak
realistis bagi harga transfer). Oleh sebab itu ada kebijakan dalam penentuan
harga transfer dimulai dari yang sederhana sampai dengan yang ideal, atau mudah
2.5 MEKANISME PENYELESAIAN KONFLIK
Bila terjadi konflik antara unit penjual
(produksi) dan unit pemakai (pembeli), dilakukan dengan membentuk Komite Harga Transfer àyang paling ekstrim, yang memiliki 3
(tiga) tanggung jawab :
1.
Menyelesaikan arbitrasi harga transfer.
2.
Meninjau alternatif perolehan sumber daya (jika
ada).
3.
Mengubah peraturan harga transfer à jika diperlukan.
Cara melakukan arbitrase :
1.
Sistem formal à tertulis
ditujukan kepada Arbitror (pendamai).
2.
Sistem Informal à melalui
presentasi secara lisan.
Cara-cara untuk menyelesaikan konflik :
1.
Forcing (memaksa), à untuk
menghindari konflik.
2.
Smoothing (membujuk),à untuk
menghindari konflik.
3.
Bargaining (menawarkan), à untuk
penyelesaian konflik.
4.
Problem solving (menyelesaikan masalah) à untuk menyelesaikan konflik. Karena setiap divisi yang
dibentuk perusahaan diukur kinerjanya atas dasar laba yang diperoleh
masing-masing, maka dua masalah yang selalu dirundingkan oleh divisi penjual
dan divisi pembeli adalah:
1.
Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan
harga transfer. Dalam penentuan harga transfer, divisi pembeli dan divisi
penjual harus menyepakati dasar yang akan dipakai sebagai landasan penentuan
harga transfer: biaya dan harga pasar. Biaya yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga transfer adalah biaya penuh: biaya penuh sesungguhnya dan biaya
penuh standar.
2.
Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga
transfer. Dua factor yang harus dirundingkan antara divisi penjual dengan
divisi pembeli dalam menentukan besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga
transfer adalah:
• Dasar
yang digunakan untuk menentukan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.
• Besarnya
laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.
Laba yang diperhitungkan dalam harga
transfer dapat ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari biaya penuh atau
berdasarkan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk. Jika laba
ditentukan sebesar persentase tertentu dari biaya penuh, harga transfer yang
dihasilkan tidak memperhitungkan modal yang diperlukan dalam memproduksi produk
yang ditransfer. Aktiva penuh merupakan dasar yang baik untuk memperhitungkan
laba dalam harga transfer, namun banyak masalah yang timbul dalam
memperhitungkan aktiva penuh sebagai investment base. Jika aktiva penuh divisi
dipakai sebagai dasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer,
dua factor yang harus dipertimbangkan adalah:
1.Jenis aktiva yang diperhitungkan sebagai
dasar.
2.Cara penilaian aktiva yang digunakan
sebagai dasar
Jenis aktiva yang diperhitungkan sebagai
dasar penentuan laba dalam harga transfer dapat digolongkan menjadi dua
kelompok: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Jenis aktiva yang
diperhitungkan dalam aktiva lancar divisi penjual adalah aktiva lancar yang digunakan
untuk operasi divisi penjual. Dengan demikian investasi sementara dalam surat
berharga tidak diperhitungkan sebagai aktiva yang dipakai sebagai dasar
penentuan laba dalam harga transfer. Begitu pula dengan investasi jangka
panjang divisi penjual tidak diperhitungkan dalam aktiva tidak lancar yang
dipakai sebagai dasar penentuan laba dalam harga transfer.
Aktiva tetap yang diperhitungkan sebagai
dasar penentuan laba dalam harga transfer adalah kondisi aktiva tetap divisi
penjual pada awal tahun berlakunya harga transfer. Jika dalam tahun berjalan,
divisi penjual melakukan investasi dalam aktiva tetap, jumlah investasi ini
biasanya diperhitungkan dalam penentuan harga transfer tahun berikutnya. Begitu
pula jika dalam tahun berjalan divisi penjual melakukan penghentian pemakaian
aktiva tetapnya, perubahan ini baru diperhitungkan dalam penentuan harga
transfer tahun berikutnya.
Dalam penentuan harga transfer
berdasarkan biaya, terdapat berbagai pilihan tipe biaya yang digunakan sebagai
dasar: biaya sesungguhnya atau biaya standar. Tipe biaya manapun yang dipilih,
biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer dapat
direkayasa dengan salah satu dari tiga metode biaya: full costing, variable
costing, activity based costing.
Dalam penentuan harga transfer
berdasarkan harga pasar, harga transfer dihitung dengan menggunakan metode
harga pasar minus. Harga yang berlaku di pasar dikurangi dengan potongan volume
dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh divisi penjual untuk mendapatkan
harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli.
Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk merupakan
biaya kesempatan baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli, sehingga
harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga transfer
bagi divisi yang terlibat.
Karena penentuan harga transfer
memerlukan proses negosiasi antar manajer divisi yang terlibat, perlu dibuat
aturan negosiasi, sehingga masing-masing manajer menggunakan dasar yang sama
untuk membahas berbagai unsur yang akan diperhitungkan dalam harga transfer. Di
samping itu, karena terdapat kemungkinan terjadinya perselisihan pendapat antar
manajer divisi yang terlibat, perlu dibentuk lembaga arbitrase untuk memberi
kesempatan kepada para manajer tersebut untuk mengajukan dan menyelesaikan
berbagai perbedaan yang tidak dapat mereka selesaikan dalam proses negosiasi.
PRAKTIK HARGA TRANSFER
Dalam praktiknya, beberapa metode
penentuan harga transfer digunakan bersamaan. Factor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode harga transfer antara lain tujuan perusahaan: apakah tujuannya
adalah mengelola beban pajak, atau mempertahankan posisi daya saing perusahaan,
atau memprromosikan evaluasi kerja yang setara.
Masa Depan
Teknologi dan perekonomian global
menimbulkan tantangan sendiri bagi banyak prinsip-prinsip yang mendasari
perpajakan internasional, bahwa setiap setiap bangsa memiliki hak menentukan
untuk dirinya sendiri seberapa banyak pajak yang dapat dikumpulkan dari
rakyatnya dan kalangan usaha yang ada di dalam wilayahnya. Namun, pemerintah di
seluruh dunia mengharuskan metode penentuan harga transfer pada prinsip harga
wajar. Yaitu, perusahan multinasional di Negara berbeda dikenakan pajak
seakan-akan mereka adalah perusahaan independent yang beroperasi secara wajar
dari satu sama lain. Perhitungan harga wajar tidak relevan karena semakin
sedikit perusahaan yang beropreasi dengan cara ini. Efeknya bagi perpajakan
nasional, kerjasama dan pembagian informasi yang makin erat antara otoritas
pajak di seluruh dunia. Kompetisi pajak juga semakin besar. Internet membuat
upaya mengambil keuntungan dari Negara surga pajak semakin mudah. Pajak tunggal
juga digunakan sebagai alternative untuk menggunakan harga transfer dalam
menentukan penghasilankenapajak
Hal yang diperhatikan dalam pembentukan organisasi yang di
dalamnya akan timbul harga transfer dan hubungannya dengan proses sistem
pengendalian manajemen adalah:
o
Menetapkan tujuan yang selaras antara divisi dan
perusahaan. Dalam arti bahwa manajer divisi mengambil keputusan yang akan
memaksimumkan laba perusahaan dengan memaksimumkan laba divisinya.
o
Menetapkan otonomi tiap divisi. Agar nantinya
terjaga otonomi divisi, dalam arti tidak ada campur tangan manajemen puncak
terhadap kebebasan manajer divisi dalam pengambilan keputusan
o
Penyerahan kekuasaaan berdasarkan pada kemampuan
untuk menyerahkan tanggungjawab dari keuntungan. Tanggungjawab keuntungan tidak
dapat diserahkan dengan aman kecuali dua kondisi ada yaitu orang yang
menyerahkan memiliki seluruh informasi relevan yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan keuntungan yang optimum dan performa orang yang menyerahkan diukur
melalui bagaimana ia dengan baik membuat trade-off biaya atau pendapatan. Oleh
karena itu, idealnya organisasi harus mencari orang-orang yang berkompeten
dalam negoisasi dan arbitrasi dari harga transfer.
o
Dua keputusan yang meliputi perancangan sistem
harga transfer. Pertama adalah keputusan sourcing: haruskah perusahaan
memproduksi sendiri atau harus membelinya dari luar atau pemasok? Yang kedua
adalah keputusan harga transfer: pada harga berapa produk harus ditransfer
antar pusat laba? Idealnya, harga transfer kurang lebih seperti harga pasar,
dengan penyesuaian agar tidak ada biaya yang muncul selama transfer dalam perusahaan.
o
Jika kompetisi harga tidak terjadi, harga
transfer mungkin akan ditetapkan dengan dasar biaya ditambah laba, meskipun
beberapa harga transfer mungkin akan lebih rumit untuk dihitung dan hasilnya
kurang memuaskan bila berdasar pada harga pasar. Biaya transfer dapat dibuat
pada standar biaya ditambah profit margin, atau dengan menggunakan sistem dari
dua langkah penetapan harga. o
Metode negoisasi harga transfer harus berada ditempatnya dan di sana
harus ada mekanisme arbitrasi untuk penyelesaian perdebatan, tetapi susunannya
jangan terlalu susah supaya manajemen tidak terlalu mencurahkan perhatian
berlebih yang bisa mengakibatkan jumlah waktu harga transfer jadi tidak
semestinya. o Terdapat
beberapa contoh yang mungkin terjadi pada organisasi kompleks secara lengkap
memuaskan sistem harga transfer. Sama dengan banyak pilihan desain pengendalian
manajemen, perlu untuk memilih yang paling baik dari beberapa aksi bagian yang
hampir sempurna. Sesuatu yang penting adalah menyadari area yang tidak sempurna
dan memastikan prosedur administrasi dipekerjakan untuk menghindari keputusan
suboptimum.
loading...
Comments
Post a Comment