loading...
PENGENDALIAN OPERASI DAN PELAPORAN KINERJA
Pengendalian
operasi secara terintegrasi dari suatu perusahaan sudah menjadi kebutuhan,
Dalam pengendalian operasi senantiasa disertakan unsur perbaikan yang
berkelanjutan. Sifat perbaikan ini dalam bahasa manajemen dikenal dengan
istilah “Continous improvement” atau
dalam bahasa jepangnya “Kaizen”. Yang dapat dijelaskan dengan siklus/rantai “Deming”. Program untuk pengendalian dan
peningkatan mutu operasi dapat dilaksanakan dengan tahapan-tahapan berikut :
1.
Menentukan opsi program pengendalian dan
perbaikan operasi
2.
Menjelaskan mengapa opsi program itu dipilih
3.
Mengkaji situasi pemantauan yang kondusif
4.
Melaksanakan agregasi data
5.
Melakukan analisis data
6.
Menentukan rencana perbaikan
7.
Melakukan program perbaikan dalam jangka waktu
tertentu
8.
Mengevaluasi program perbaikan tersebut
9.
Melakukan tindakan koreksi jika terjadi
penyimpangan atas standar yang ada. Tahapan-tahapan di atas lebih ditekankan
untuk misi perbaikan kualitas, jika relevan, digunakan untuk pengendalian
operasi perusahaan secara keseluruhan. Tahapan-tahapan ini selaras dengan
siklus deming yang masing-masing di inisialkan dengan
P = Plan D = DO, S = STUDY, dan A =
ACTION.
Implikasi system Kaizen bisa dijabarkan
melalui gambar berikut :
Ø Total
Quality Management (TQM)
Merupakan proses pengendalian dan perbaikan operasi secara terintegrasi
merupakan bagian dari jiwa managemen mutu terpadu. Di dalam TQM eksistensi
kualitas dijadikan strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan.
TQM mempunyai empat dimensi :
1. Pengembangan
profesionalitas.
Total quality diawali dari pengembangan
perorangan / pribadi bahwa pola pikir dan pola tingkah laku hidup sehari-hari
berpangkal pada suatu tingkat kualitas yang jelas. Misalnya : Seorang akuntan
manajemen akan menurun kontribusinya bagi perusahaan jika ia tidak mau menggali
hal-hal baru..
2.
Hubungan interpersonal
Kerjasama tim memicu terciptanya
sinergi dalam suatu organisasi.
3. Efektivitas
manajerial
Manajemen yang efektif secara umum harus dapat melakukan
hal-hal berikut :
a. Menentukan
visi,misi, dan sasaran jangka panjang.
b. Membuat
rencana pelaksanaan misi dalam tahapan yang realistis dengan pengukuran
kualitas yang konsisten dan baik.
c. Menentukan
core business dan mengembangkan kompetensi core business secara konsisten serta
meningkatka kualitas yang berkesinambungan.
d. Mengembangkan
kreatifitas dan daya inofasi sumber daya manusia dengan pemberdayaan dan
peningkatan motifasi serta kualitas kinerjanya.
e. Pengembangan
kualitas Sumber Daya Manusia merupakan strategi bisnis terpadu.
f. Proses
pengambilan keputusan dilaksanakan dengan mendengarfkan “suara”,konsumen,
proses produksi dan karyawan, melalui komunikasi yang efektif dan efisien.
Untuk menghasilkan
kualitas output yang dikehendaki dalam konteks peningkatan kualitas kinerja
output dan daya saing organisasi maka efektifitas manajerial ini bersifat
relatif dan senantiasa terkait dengan seberapa jauh sumber daya yang tersedia
digunakan secara lebih efektif, pada suatu kurun waktu.
4.
Produktivitas organisasi
Sebelum dapat meningkatkan produktivitas
organisasi maka kualitas produk / jasa perlu dihayati terlebih dahulu. Dan
untuk mendorong organisasi kualitas strategi pemasaran juga penjualan harus
ditingkatkan pula.
Prinsip-prinsip umum TQM : a. Customer focus
b.
Quality leadership
c.
Steckholder focus
d.
Integrate business strategy
e.
Teamwork
f.
Empowerment
Ø Total
Quality Control (TQC)
Merupakan
program perbaikan mutu yang mengubah jalan pikiran karyawan tentang mutu dengan
menekankan pada performace bebas kesalahan
(Zero defects).
TQM tidak sama dengan TQC , TQM mempunyai jangkauan lebih
luas daripada TQC.
PRODUKSI TEPAT WAKTU ( JUST IN TIME)
Just
in Time merupakan falsafah yang diterapkan dengan hanya memproduksi produk yang
diperlukan, pada saat yang dibutuhkan konsumen dan dalam jumlah sebesar
permintaan konsumen, dengan skenario yang paling efisien. Sebaliknya, skenario
yang tidak efisien mencakup :
1. waktu
produksi
2.
waktu luang panjang
3.
infrastruktur yang tidak kondusif
4.
kelebihan persediaan
5.
besarnya produk cacat
6.
ketidakefisienan karena proses produksinya tidak
efektif.
Sistem Just in Time (JIT) sangat
merekomendasikan hal-hal berikut :
1.
Mengurangi pekerjaan ulang dan sisa
2.
Meningkatkan jaringan kerja pemasok yang
berpartisipasi dalam Just in Time
3. Meningkatkan
kualitas produk (TQC – Zero defect)
4.
Mengurangi stock atau persediaan
5.
Konsistensi keluaran pada waktu tertentu
6.
Meminimalkan space/ruang pabrik
7.
Meminimalkan beban overhead
8.
Peningkatan total produktivitas
Konsep
TQM telah mengubah pandangan bahwa mutu yang baik identik dengan biaya tinggi.
Metode statistik ini (Statical Quality Control Procedure) mencakup dua kategori
:
1. Acceptance
Sampling Procedure
2. Process
Contol Procedure
Secara skematik system Just in Timediilustrasikan sebagai
berikut :
PELAPORAN DAN EVALUASI KINERJA
Pelaporan
dan realisasi operasional organisasi dicatat dalam laporan intern.
Laporan yang berguna bagi manajemen
adalah yang memenuhi kriteria berikut :
1. Laporan
harus dipilah-pilah supaya relevan pada setiap jajaran/ level manajemen.
Pemilahan terbagi dalam tiga
bagian :
a. Manajemen
Puncak
Laporan untuk level
ini bersifat umum antara lain : produksi total, biaya total, biaya per
departemen, laba kotor, laba per area, dsb.
Jajaran ini terdiri dari Dewan Komisaris,
Direksi, Kepala Urusan (Senior Manager) Fungsional.
b. Manajemen
Madya
Jajaran ini antara lain Kepala Bagian atau
Manajer yang berfokus kepada laporan-laporan aktivitas yang menjadi beban dan
tanggung jawab mereka.
c. Manajemen
Dasar
Jajaran ini antara lain
Supervisor, dan Asisten Manajer.
2. Laporan
harus relevan – tepat waktu dan bermanfaat untuk menentukan keputusan (Ready
For Use)
3.
Laporan dibuat secara berkesinambungan.
4. Laporan
yang informative dinyatakan dalam dimensi uang, unit fisik, dan jika perlu
unsur kepekaan terhadap makna dimensi yang bersangkutan.
Pengukuran kinerja
digunakan untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksaan kegiatan kebijaksaan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi perusahaan. Pengukuran kinerja mencakup penetapan indikator
kinerja dan penetapan pencapaian indikator kinerja.
Evaluasi kinerja dilakukan dengan
menghitung nilai pencapaian kinerja dari pelaksaan kegiatan kebijaksaan yang
telah ditetapkan. Pertanggungjawaban dinilai dengan cara pencapaian tujuan dan
sasaran yang ditetapkan berdasarkan hasil perencanaa strategik masing-masing
unit organisasi atau perusahaan, dilakukan juga analisis pencapaian kinerja
dengan menginterpretasikan lebih lanjut hasil pengukuran kinerja yang
menggambarkan keberhasilan/kegagalan perusahaan dalam melaksanakan misinya.
IKHTISAR LAPORAN INTERN
Setiap perusahaan harus
mempunyai sistem pelaporan yang memadai agar informasi relevan dapat
dimanfaatkan secara optimum oleh manajemen. Mekanisme system laporan intern
dipilah-pilah berdasarkan temponya.
EVALUASI KINERJA
Merupakan kegiatan untuk
menilai kesuksesan/kegagalan suatu pusat pertanggungjawaban aytau unit kerja
dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya. Dalam melakukan evaluasi
kinerja, hasilnya dikaitkan dengan masukan/sumber daya yang berada dibawah
kewenangannya, seperti SDM, Modal Kerja, Sarana Prasarana, Metode Kerja, dll.
Evaluasi bertujuan agar bisa diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,
pengajuan, dan kendala yang ditemui dalam implementasi misi bisa dinilai dan
dipelajari guna perbaikan pelaksaan program di masa yang akan datang.
FUNGSI EVALUASI KINERJA
Fungsi evaluasi kinerja,
diantaranya :
1. Untuk mengetahui tingkat kesuksesan atau kegagalan kinerja suatu pusat pertanggungjawaban.
2. Memberikan
masukan untuk mengatasi masalah yang ada.
ANALISIS PELAPORAN KINERJA
Pelaporan kinerja
diperlukan manajemen sebagai petunjuk apakah perusahaan maju, mundur, atau sama
saja dalam kurun waktu yang telah dijalankan. Bentuk kajian umumnya berupa :
1. Angka-angka
masa lalu (mingguan, bulanan) dibandingkan dengan kondisi operasional
perusahaan saat ini.
2. Angka-angka
masa lalu perusahaan sejenis dengan total asset yang berimbang (Peer Group) dibandingkan dengan keadaan
keuangan perusahaan sekarang. Selain berfungsi sebagai pengawasan, secara
hakiki biaya standar juga bermanfaat untuk perencanaan, sebab penetapan biaya
standar berdasarkan analisis yang cermat dan masuk akal sehingga aktivitas yang
hendak dilakukan perusahaan lebih sistematis.
JENIS STANDAR
Jenis standar, diantaranya :
1.
Standar Ideal
Mencermin kan beban
minimum yang bisa dicapai hanya dibawah kondisi operasi “optimal” dan tidak
memperhitungkan kerusakan mesin, waktu yang hilang atau pekerjaan yang
terhenti.
2.
Standar Praktis
Standar ini memperhitungkan cadangan waktu
untuk kerusakan, hilangnya sebagian waktu pekerja, pembusukan, dan limbah.
Standar praktis lebih bermanfaat untuk memotivasi karyawan.
MANFAAT BIAYA STANDAR
Manfaat biaya standar,
diantaranya :
1.
Memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja.
2. Pengukuran
kinerja diperjelas dengan memberikan tanggung jawab kepada setiap individu atau
departemen yang menyimpang dari standar.
3.
Menyederhanakan pembukuan.
4.
Mempermudah kalkulasi stocks (persediaan).
5.
Laporan manajemen bisa disusun lebih baik.
Cara menganalisis jika terjadi
penyimpangan :
§ Dimana
penyimpangan terjadi?
§ Mengapa
penyimpangan itu terjadi?
§ Siapa
yang harus bertanggung jawab?
Secara efektif menyelusuri penyimpangan dapat dilakukan pendekatan “hierarki penyimpangan”, sebagai berikut :
Berdasarkan substansi hierarki tersebut,
adanya penyimpangan penjualan dan biaya dapat dideteksi terjadinya penyimpangan
atau selisih laba kotor.
PENYIMPANGAN ATAU SELISIH PENJUALAN
Pada selisih penjualan
dihitung harga penjualan, volume, dan penyimpangan komposisi penjualan. Berikut
ilustrasi penyimpangan harga penjualan, penyimpangan volume dan komposisi
penjualan.
Selisih harga penjualan
Produk
|
Total
|
||
K
|
L
|
M
|
|
Kuantitas jual sesungguhnya
|
500 unit
|
1000 unit
|
750 unit
|
Harga jual/unit sesungguhnya
|
Rp 100
|
Rp 125
|
Rp 150
|
Harga jual/unit dianggarkan
|
Rp 110
|
Rp 100
|
Rp 160
|
Selisih terhadap Anggaran
|
Rp (10)
|
Rp 25
|
Rp 10
|
Selisih Harga + / -
|
Rp-5000
|
Rp 25000
|
Rp 7500 Rp 27500
|
Keterangan :
+ = Selisih harga menguntungkan
- = Selisih harga tidak menguntungkan
Selish Harga Penjualan = (Harga / unit
sesungguhnya – Harga / unit dianggarkan) x kuantitas sesungguhnya
Penyimpang omzetpenjualan dan komposisi (RP)
Produk Omzet sesungguhnya Omzet dianggarkan Selisih
Kontribusi/unit Selisih
(a)
|
(b)
|
c=(a-b)
|
(d)
|
c=(cxd)
|
|
K
|
500 unit
|
600 unit
|
100 unit
|
Rp 50
|
Rp
5.000
|
L
|
1.000 unit
|
600 unit
|
400 unit
|
Rp 50
|
Rp
20.000
|
M
|
750 unit
|
600 unit
|
150 unit
|
Rp 50
|
Rp 9.000
|
Total
|
2.250 unit
|
1.800 unit
|
Rp 34.000
|
Penyimpangan omzet penjualan dan komposisi = (penjualan
sesungguhnya – penjualan dianggarkan ) x kontribusi/unit dianggarkan
Dari ilustrasi diatas dapat dianalisis lebih lanjut tentang
target pasar/penjualan, potensi pangsa pasar dan daya serap pasar secara
keseluruhan. Selanjutnya untuk kepentingan pengendalian manajemen, khususnya
pengedalian biaya dikenal juga analisis selisih. Analisis ini mencakup :
1. Bahan
baku langsung Penyimpangan harga bahan
Penyimpangan efisiensi bahan
2. Tenaga
kerja langsung
Penyimpangan tarif upah
Pentimpangan efisiensi tenaga kerja
3. Biaya
overhead
Penyimpangan anggaran
Penyimpangan kapasitas
Penyimpangan efisiensi
Khusus untuk analisis selisih biaya overhead selain dipecah
menjadi tiga kajian (metose tiga varian) bisa juga dipecah menjadi dua kajian.
Untuk metode dua varian selisih biaya overhead dibagi atas :
a. Penyimpangna
yang dapat dikendalikan ( conrollable variance ) :
§ Selisih
pengeluaran (budget variance)
§ Selisih
efisiensi
b. Selisih
yang tidak dapat dikembalikan (uncontrollable variance)
Selisih yang ditimbulakan oleh biaya
tetap (fixed cost) bisa dirinci menjadi
§ Selisih
karma beroperasi tidak pada tingkat kapasitas penuh (idle capacity variance)
§ Selisih
efektifitas (effectiveness variance)
loading...
Comments
Post a Comment