Skip to main content

IMAGE RECONSTRUCTION DALAM PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN MATLAB

loading...
IMAGE RECONSTRUCTION

1. Pendahuluan
Istilah rekonstruksi citra umum dipergunakan dalam lingkup pencitraan tomografi, yaitu teknik pencitraan yang menghasilkan gambaran potongan lintang suatu objek melalui pengolahan terhadap sinyal proyeksi trans-aksial dari objek tersebut. Sinyal proyeksi trans-aksial diperoleh dengan cara memberikan radiasi terhadap objek dalam berbagai sudut orientasi. Modalitas pencitraan tomografi pada umumnya memiliki sistem mekanik yang mengatur rotasi posisi transduser pemancar radiasi dan transduser pendeteksi sinyal sehingga pengambilan proyeksi objek dapat dilakukan dari berbagai sudut orientasi.
Sinyal proyeksi yang menjadi input dari proses rekonstruksi citra dapat dihasilkan dari 3 macam teknik pencitraan tomografi, yaitu:
  • Transmission Tomography
Pada transmission tomography, sinyal informasi proyeksi diperoleh dari intensitas sinyal radiasi yang ditangkap setelah sinyal menembus objek. Contoh modalitas pencitraan yang temasuk kategori ini adalah CT-Scanner. CT-Scanner mempergunakan radiasi sinar X dalam berbagai orientasi untuk menghasilkan citra irisan lintang objek pencitraan.
  • Reflection Tomography
Teknik tomografi refleksi banyak dipergunakan dalam aplikasi radar. Dalam aplikasi ini, sinyal informasi proyeksi objek merupakan intensitas sinyal refleksi yang dipantulkan oleh permukaan luar objek, misalnya seperti pada aplikasi doppler radar-imaging.
  • Emission Tomography
Tomografi emisi memanfaatkan sinyal informasi berupa intensitas peluruhan radioaktif dari komponen radionuklida yang dimasukkan ke dalam objek. Dalam aplikasi medis, contoh modalitas pencitraan yang menggunakan metode tomografi emisi antara lain adalah PET (Positron Emission Tomography).


2. Rekonstruksi Citra 2 Dimensi dari Sinyal 1 Dimensi
Transformasi Radon dan invers transformasi Radon merupakan pendekatan paling langsung terhadap permasalahan proyeksi dan rekonstruksi citra, sehingga teknik ini dipergunakan sebagai teknik dasar dalam rekonstruksi citra 2D dari sinyal-sinyal 1D.

2.1 Transformasi Radon

Transformasi Radon merepresentasikan citra sebagai kumpulan sinyal 1D hasil proyeksi citra tersebut pada berbagai sudut orientasi. Transformasi Radon dari suatu citra pada suatu sumbu proyeksi dinyatakan sebagai integral garis dari fungsi representasi citra f(x,y) pada arah yang tegak lurus dengan sumbu proyeksinya. Hasil transformasi Radon dalam domain transformasi dinyatakan sebagai sinyal g(s,θ), dimana s merupakan jarak titik yang ditransformasikan terhadap titik pusat koordinat citra asal, dan θ merupakan sudut orientasi proyeksi.



Gambar 1. Ilustrasi transformasi Radon dalam koordinat asal kartesian

Apabila citra dinyatakan dalam format koordinat asal polar f(r,θ), integral garis transformasi Radon sepanjang r menghasikan kurva sinusoidal s = r cos(φ−θ). Bentuk sinusoidal ini menghasilkan istilah umum “sinogram” untuk kumpulan hasil transformasi Radon pada berbagai orientasi proyeksi.


Gambar 2. Ilustrasi transformasi Radon dalam koordinat asal polar

Dalam image processing toolbox Matlab, transformasi Radon dapat dilakukan dengan memanggil fungsi berikut:

[R,xp] = radon(I,theta);

dimana R merupakan hasil transformasi Radon terhadap citra asal I, pada jangkauan orientasi arah theta dan jangkauan lebar daerah proyeksi pada koordinat transformasi xp.
Berikut adalah code lengkap dari simulasi transformasi Radon terhadap gambar phantom irisan lintang kepala menggunakan Matlab: 



Gambar 3. Hasil transformasi Radon pada citra irisan kepala

2.2 Transformasi Radon Invers

Invers transformasi Radon dari proyeksi g(s,θ) R(f), -<s<, 0θ≤<Ï€ dirumuskan sebagai berikut:

Transformasi Radon invers terdiri dari dua buah tahapan, yaitu:
·         Proyeksi balik (backprojection)
·         Unblur filtering

Gambar 4. Skema transformasi Radon invers

Agar menghasilkan rekonstruksi sempurna, proses unblur filtering membutuhkan filter unblur 2 dimensi. Akan tetapi pemfilteran 2 dimensi dengan kernel unblur merupakan operasi yang sangat exhaustive secara komputasional, terutama untuk resolusi citra yang besar. Strategi yang biasa digunakan dalam aplikasi praktis adalah melalui unblur filtering pada sinyal proyeksi 1 dimensi, dan dilanjutkan dengan operasi backprojection. Strategi ini diilustrasikan pada Gambar 5 berikut:


Gambar 5. Skema transformasi Radon invers, apabila unblur filtering dilakukan terhadap sinyal satu dimensi

Penukaran posisi blok unblur filtering dan blok proyeksi balik (antara Gambar 4 dan Gambar 5) diperbolehkan oleh adanya teorema (irisan) – proyeksi. Dengan berpegang pada teorema ini, proses unblur filtering dapat dikerjakan pada domain frekuensi, sehingga akan mengurangi beban komputasi.


Gambar 6. Teorema (Irisan) - Proyeksi

2.2.1 Operasi unblur filtering
Mekanisme unblur filtering dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai skema filter unblur yang dapat dipilih. Filter unblur yang umum dipergunakan adalah filter Shepp-Logan dengan properti sebagai berikut:
·         Respons frekuensi : H(ξ) = |ξ| sinc(ξd) rect(ξd)
·         Respons impuls : h(s) = 2(1+sin2Ï€ ξ0s) /Ï€2(d2 – 4s2)
·         Respons impuls diskrit : h(m) =2 / (Ï€2d(1 - 4m2))

2.2.2 Operasi proyeksi balik Operasi backprojection dapat didefinisikan sebagai berikut:
·            Koordinat kartesian:
·            Koordinat polar:
Hasil operasi proyeksi balik menunjukkan jumlah berkas proyeksi yang melewati suatu titik (x,y) dalam citra, sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 7 berikut:

Gambar 7. Ilustrasi operasi backprojection

Hasil operasi backprojection dapat dinyatakan sebagai citra asal yang dikaburkan dengan fungsi blurring dengan point spread function berupa (x2 +y2)−1/2.


Dalam code Matlab, operasi transformasi Radon invers dilakukan dengan memanggil fungsi sebagai berikut: (ilustrasi code sebagai lanjutan dari code transformasi Radon sebelumnya)


Fungsi ini sekaligus menjalankan operasi unblurring dan backprojection. Matlab menyediakan berbagai skema unblurring, yang dapat dipilih.


Gambar 8. Hasil transformasi Radon invers (citra irisan kepala)
3. Rekonstruksi Citra 3 Dimensi dari Citra 2 Dimensi

Operasi rekonstruksi citra 3 dimensi dari citra 2 dimensi pada dasarnya merupakan bentuk lanjut dari operasi rekonstruksi citra 2 dimensi dari citra 2 dimensi yang berbeda sumbu iris. Proses ini memiliki spesifikasi input berupa kumpulan citra irisan lintang dari suatu objek dalam koordinat irisan yang terurut (image slices) pada sumbu irisan tertentu (misalnya: potongan transversal), dan spesifikasi output berupa kumpulan citra irisan lintang objek yang sama pada sumbu irisan yang berbeda (misalnya sagittal atau koronal).
Apabila rekonstruksi dilakukan untuk 3 sumbu irisan yang mewakili sistem koordinat ruang 3 dimensi, maka dapat dilakukan graphical rendering untuk menghasilkan citra rekonstruksi volumetrik 3 dimensi. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan teknik rekonstruksi citra 2 dimensi dari citra 2 dimensi berbeda sumbu iris.

PERCOBAAN
Rekonstruksi irisan sagittal dan coronal dari citra MRI dengan sumbu iris transversal.
a. Loading & viewing movie citra MRI sumbu iris transversal
             
truesizewarning = iptgetpref('TruesizeWarning');
iptsetpref('TruesizeWarning','off'); % Turn warning off
load mri;
figure;
immovie(D,map);
montage(D,map);
title('Horizontal Slices');

Penjelasan:
·         Gambar MRI yang dipergunakan terdiri atas 27 slices gambar MRI cranium bertipe indexed dengan ukuran per slice 128x128 piksel, disimpan sebagai mri.mat.
·         Perintah load mri akan menambahkan 2 variabel ke dalam workspace, yaitu variabel D (128x128x1x27) dan variabel map (89x3).
·         Variabel D berisi data citra, sedangkan variabel map berisi data colormap yang digunakan sebagai acuan tipe gambar indexed. Dimensi variabel D disusun sebagai berikut:
Dimensi 1: array data MRI terurut dari arah kepala depan ke kepala belakang
Dimensi 2: array data MRI terurut dari arah kepala kiri ke kepala kanan
Dimensi 4: array data MRI terurut dari arah kepala bawah ke kepala atas
·         Pada saat akuisisi citra, dimensi 1 dan 2 di-sampling 2.5 kali lebih rapat dari dimensi 4.
·         Perintah immovie akan menghasilkan movie citra MRI transversal menurut dimensi ke-4.
·         Perintah montage akan menghasilkan tampilan citra MRI lengkap sebanyak 27 slices dengan urutan slices dari kiri ke kanan.
 
Gambar 9. Citra irisan kepala – transversal

b. Ekstraksi citra irisan sagittal dari citra irisan transversal dengan imtransform

M1 = D(:,64,:,:);
M2 = reshape(M1,[128 27]);
figure,imshow(M2,map);
title('Sagittal - Raw Data');
T0 = maketform('affine',[0 -2.5; 1 0; 0 0]);
R2 = makeresampler({'cubic','nearest'},'fill');
M3 = imtransform(M2,T0,R2);
figure,imshow(M3,map);
title('Sagittal - IMTRANSFORM')

Penjelasan:
·         Variabel M1 dari code di atas berisi data MRI pada koordinat dimensi kedua bernilai 64, berarti berarti array data irisan ke arah sagittal untuk ke-27 slices.
·         Perintah reshape menghasilkan ekstraksi gambar 2 dimensi dari array data 4 dimensi M1. Data hasil reshape merupakan ‘Sagittal-Raw Data’ dengan ukuran matriks 128x27.
·         Untuk memperbaiki bentuk irisan agar diperoleh orientasi citra yang tepat dan ukuran yang lebih representatif, dilakukan transformasi affine. 4 buah parameter pertama dalam transformasi affine merupakan elemen matriks 2x2 untuk fungsi rotasi dan dilatasi. Dalam hal ini, dilakukan rotasi citra sebesar 90 derajat dan dilatasi sebanyak 2.5 kali ke arah horizontal. 2 buah parameter transformasi affine terakhir merupakan opeartor translasi. Dalam hal ini tidak dilakukan translasi sehingga operator di-assign dengan nilai 0.
·         Selanjutnya untuk memperbaiki kualitas dilatasi, dilakukan interpolasi dengan fungsi resample. Citra diinterpolasi secara cubic untuk arah vertikal dan nearest neighbour untuk arah horizontal. Hasilnya merupakan gambar rekonstruksi ke arah sagittal.

Gambar 10. Citra hasil rekonstruksi – sagittal

c. Ekstraksi citra irisan sagittal dari citra irisan transversal dengan tformarray

T1 = maketform('affine',[-2.5 0; 0 1; 68.5 0]);
T2 = maketform('custom',3,2,[],@ipex003,64);
Tc = maketform('composite',T1,T2);
R3 = makeresampler({'cubic','nearest','nearest'},'fill');
M4 = tformarray(D,Tc,R3,[4 1 2],[1 2],[66 128],[],0);
figure, imshow(M4,map);
title('Sagittal - TFORMARRAY');

Penjelasan:
·         Langkah ini menghasilkan citra rekonstruksi sagittal yang sama dengan langkah kedua, namun tidak diperlukan citra antara M1 dan M2.
·         Variabel T1 mendefinisikan spesifikasi transformasi affine yang sama dengan langkah kedua, namun diberikan translasi sebanyak 68.5 ke arah vertikal agar nilai koordinat tetap positif.
·         Variabel T2 mendefinisikan spesifikasi transformasi custom untuk mengekstraksi informasi sagittal pada koordinat horizontal ke-64 dari gambar.
·         Variabel Tc mengkompositkan transformasi T1 dan T2. Fungsi tformarray melakukan transformasi Tc kepada data gambar D, disusul dengan interpolasi dengan resampler R3.
·         Parameter [4 1 2] melakukan pengurutan ulang terhadap dimensi dari data D
·         Parameter [1 2] menunjukkan urutan dimensi dari data hasil transformasi
·         Parameter [66 128] menunjukkan ukuran data hasil transformasi per slice.
·         Parameter [ ] dan 0 merupakan parameter translasi array (di-assign dengan nilai 0 karena tidak adanya perubahan terhadap urutan slices pada gambar).
·         Tformarray menyatakan perintah untuk melakukan transformasi 3-D ke 2-D.

a.       Loading & viewing movie citra MRI sumbu iris sagittal

T3 = maketform('affine',[-2.5 0 0; 0 1 0; 0 0 0.5; 68.5 0 -14]);
S = tformarray(D,T3,R3,[4 1 2],[1 2 4],[66 128 35],[],0);
figure;
immovie(S,map);
S2 = padarray(S,[6 0 0 0],0,'both');
montage(S2,map);
title('Sagittal Slices');
Penjelasan:
·         Langkah ini melakukan ekstraksi citra sagittal untuk keseluruhan koordinat irisan sagittal, tidak hanya untuk irisan pada koordinat horizontal ke-64.
·         Fungsi tformarray dipergunakan kembali, namun kini dipergunakan untuk transformasi dari 3-D ke 3-D.
·         Parameter transformasi affine menjadi parameter transformasi 3-D.
·         Diinginkan movie bergerak dari potongan kiri ke potongan kanan dengan urutan tampilan 30 slices kiri disusul 35 slice tengah-genap dan diakhiri dengan 30 slices kanan, sementara montage hanya menampilkan 35 citra mid-sagittal. Oleh karena itu, ditambahkan nilai 0.5 dan –14 untuk menormalisasi urutan slices 30-98 pada dimensi keempat menjadi nomor slice 1-35.
·         Fungsi padarray memberikan jeda di antara urutan citra sagittal agar movie lebih mudah diamati.

Gambar 11. Citra hasil rekonstruksi – sagittal

b.       Loading & viewing movie citra MRI sumbu iris coronal

T4 = maketform('affine',[-2.5 0 0; 0 1 0; 0 0 -0.5; 68.5 0 61]);
C = tformarray(D,T4,R3,[4 2 1],[1 2 4],[66 128 45],[],0);
figure;
immovie(C,map);
C2 = padarray(C,[6 0 0 0],0,'both');
montage(C2,map);
title('Coronal Slices');
% Restore preference for TruesizeWarning
iptsetpref('TruesizeWarning',truesizewarning);

Penjelasan:
·         Langkah ini melakukan hal yang sama dengan langkah sebelumnya, namun mengekstraksi gambar ke arah irisan coronal. Perhatikan perubahan urutan dimensi pada parameter transformasi affine dan tformarray.
·         Diinginkan movie bergerak dari potongan depan ke potongan belakang dengan urutan tampilan 8 slices depan disusul 57 slice tengah-genap dan diakhiri dengan 8 slices belakang, sementara montage hanya menampilkan 45 citra mid-coronal. Untuk itu, ditambahkan nilai -0.5 dan 61 untuk menormalisasi urutan slices 8-120 pada dimensi keempat menjadi nomor slice 57-1, dan parameter [66 128 45] pada tformarray untuk menampilkan 45 slices penyusun montage.
·         Fungsi padarray memberikan jeda di antara urutan citra coronal agar movie lebih mudah diamati.

Gambar 12. Citra hasil rekonstruksi – coronal
Dari hasil data citra irisan transversal, sagittal, dan coronal, dapat dihasilkan rekonstruksi volumetrik 3 dimensi. Dalam aplikasi medis, hal ini sangat menguntungkan karena dengan melakukan satu kali pencitraan tomografi, dapat diekstraksi informasi citra dari irisan yang lain. Selain efisiensi biaya, kemudahan semacam ini juga memperkecil risiko prosedur pencitraan terhadap pasien. 
4. Tugas
4.1 Transformasi Radon
  1. Perhatikan Gambar 3. Berikan analisis mengapa transformasi Radon menghasilkan gambar seperti di sebelah kanan untuk citra phantom yang diberikan di sebelah kiri!
  2. Lakukan kembali transformasi Radon untuk berbagai jangkauan nilai theta dan berbagai nilai step theta, kemudian bandingkan hasilnya. Jelaskan dimana dan bagaimana terdapat perbedaan!
  3. Citra phantom yang diberikan pada Gambar 3 merupakan gambar phantom ideal yang disediakan oleh Matlab. Simulasikan transformasi Radon terhadap gambar phantom di atas pada kondisi tidak ideal (terdapat noise) dan analisis hasilnya untuk berbagai jenis dan nilai distribusi noise!
Hint: refer ke Matlab Help>Image Processing Tolbox>phantom, radon, dan fungsi terkait, dan modul praktikum sebelumnya (image enhancement) tentang pemberian noise pada citra.


4.2 Transformasi Radon Invers
  1. Jelaskan parameter-parameter dari fungsi iradon dalam Matlab!
  2. Lakukan transformasi Radon invers terhadap citra phantom dengan input hasil transformasi Radon dalam berbagai jangkauan theta yang berbeda. Analisis hasilnya!
  3. Matlab menyediakan berbagai macam filter unblur yang dapat dipergunakan dalam proses rekonstruksi citra hasil transformasi Radon. Analisis hasil rekonstruksi citra phantom dengan menggunakan berbagai model filter unblur!
Hint: refer ke Matlab Help>Image Processing Tolbox>irad.
loading...

Comments

POSTINGAN POPULER

Biodata Lengkap Ceng Zam-Zam

 Asalamualaikum,. Hallo Sazam comunity dan para sobat-sobat ku, Sekarang saya mau menulis nieh beberapa Info dan Biodata Ceng zamzam, "Lupa sama temen tuh hal biasa, tapi kalo Lupa sama Ceng zamzam Mana Bisa?" bner gak? hhe.. jangan lupa yah mampir terus ke blog ini.. ya sudahlah Ayo kita Lihat-Lihat Nieh biodata dan Info tentang Ceng Zamzam   Nama Lengkap : Ahmad Zamzam Zainal Mutaqin  Nama Panggilan : Ceng zamzam Atau Azam  Kelas : 10 berinjak ke 11  Anak ke : 1 dari 3 bersaudara Hoby : Mengaji, Olahraga, dll Cita-Cita : Dokter atau Ilmuan T,T,L : Garut,05-Desember-1995 No HP : (0......) Nama Fb : Ceng Zamzam N.twitter : @Ceng Zamzam Alamat    :Kp.Babakan sukaluyu                  Desa.suka Mukti Rt/04 Rw/04                  Kec.Cilawu,Garut-Jawa barat,Indonesia N.pesantren Ceng Zamzam : Madrasah Ashidiqiyyah Prestasi Ceng zamzam : 1.Tahun 2008    Juara I Tilawah Anak-Anak Tingkat NASIONAL Pada FASI (Festival Anak Sholeh)_Di Bekasi 2.Tahun 2009

SAKADANG PEUCANG JEUNG BUAYA

Sakadang Buhaya keur moyan di sisi walungan. Jol sakadang Peucang. “Rék naon Sakdang Peucang ka dieu? Rék maling cai, nya? Di leuweung euweuh cai. Da halodo banget.” Jawab Peucang, “Kuring mah tara nginum deui cai walungan. Komo ayeuna keur saat. Nya teu ngeunah nya loading... kiruh. Ayeuna mah nginum téh cai kalapa. Nya beresih nya ngeunah. Amis.” “Rék naon atuh kadieu?” cék Buhaya. Omong Peucang, “Tadina mah rék ngalalajoan kulit sampéan. Resep ting gareret, hérang. Komo mun katojo ku panonpoé. Euweuh baé nu kulitna alus saperti kulit sampéan. Ngan geuning bet kotor. Pinuh ku leutak.” Omong Buhaya, “Walungan saat. Kuring teu bisa teuteuleuman pikeun meresihan tonggong.” “Emh, lebar. Kulit saalus-alus jadi kotor. Kumaha mun diberesihan ku kuring” ceuk Peucang. “Nya sukur baé ari daek mah,” jawab Buhaya, “kumaha caranya?”, ceuk Buhaya keneh “Kulit tonggong sampéan dikumbah ku kuring. Tapi caina kudu anu beresih. Tuh di tengah!, ceuk Peucang “Pek atuh. G

PEMFILTERAN PADA SINYAL WICARA

MODUL 4 PEMFILTERAN PADA SINYAL WICARA I. TUJUAN Mahasiswa mampu menyusun filter digital dan melakukan pemfilteran pada sinyal wicara II.DASAR TEORI 2.1. Filter IIR Yang perlu diingat disini bahwa infinite inpulse response (IIR) dalam hal ini bukan berarti filter yang bekerja dari nilai negatif tak hingga sampai positif tak hingga.Pengertian sederhana untuk infinite impulse respon filter disini adalah bahwa output filtermerupakan fungsi dari kondisi input sekarang, input sebelumnya dan output di waktu sebelumnya. Konsep ini kemudian lebih kita kenal sebagai recursive filter , yang manamelibatkan proses feedback dan feed forward . Dalam bentuk persamaan beda yangmenghubungkan input dengan output dinyatakan seperti persmaaan (1) berikut ini.      …… (1) dimana: - { b k } koefisien feed forward - { a l } koefisien feed back - banyaknya (total koefisien) = M+N+1 - N ditetapkan sebagai orde filter IIR Untuk merealisasikan ke dalam sebua

Sistem Monitoring Dan Pengendalian Beban Daya Listrik Solar Home System (SHS) Menggunakan Mikrokontroler VIA Internet Of Things (IOT)

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan system monitoring dan pengendali beban solar home system (SHS) atau pembangkit listrik tenaga surya untuk perumahan. Fungsi dari sistem pengontrolan dan monitoring pada SHS ini yaitu untuk mempermudah pengguna dalam mengatur konsumsi daya yang digunakan sehingga pengguna dapat memaksimalkan pemakaian SHS. Blok diagram merupakan gambaran dasar dari sistem yang akan dirancang. Blok diagram ini dibuat agar mempermudah memahami cara kerja dari sistem yang telah dibuat. Gambar  1. Blok Diagram Sistem Monitoring dan Kontrol SHS     Garis yang berwarna merah merupakan system kerja dari solar home sytem, sedangkan garis yang berwarna biru merupakan alur sistem control dan monitoring SHS. Secara sederhana cara kerja dari solar home system ini adalah sebagai berikut:  1. Panel Surya Panel surya akan mengubah sinar matahari yang mengenai setiap sel surya menjadi arus dan tegangan, namun nilainya tidak konstan. Besar kecil

PRINSIP KERJA GENERATOR BESERTA KONSTRUKSI SISTEMNYA

Berikut ini merupakan pembahasan tentang generator, pengertian generator, generator arus bolak balik, generator arus searah, pengertian alternator, macam-macam generator, jenis-jenis generator, cara kerja generator listrik, cara kerja mesin genset, cara kerja generator ac, prinsip kerja generator dc, prinsip kerja generator ac. Pengertian Generator Alat-alat elektronika, seperti televisi, setrika, radio, lemari es, dan lampu memerlukan energi listrik dapat bekerja. Nah, listrik dihasilkan oleh mesin pembangkit listrik yang dinamakan generator (genset) atau dinamo. Apakah generator itu? Generator adalah mesin yang mengubah energi kinetik atau energi gerak menjadi energi listrik. Generator menghasilkan arus listrik induksi dengan cara memutar kumparan di antara celah kutub utara-selatan sebuah magnet. Jika kumparan diputar, jumlah garis gaya magnetik yang menembus kumparan akan berubah-ubah sesuai dengan posisi kumparan terhadap magnet. Perubahan jumlah garis ga

Bagaimana Cara Membuat CNC dengan menggunakan Arduino

Membuat CNC dengan menggunakan Arduino Proyek ini adalah tentang Bagaimana membuat mesin CNC mini dari OLD SCRAP DVD Drives menggunakan Arduino sebagai otak dari mesin CNC mini ini dan L293D Motor shield digunakan sebagai driver penggerak motor itu sendiri. Sangat menakjubkan melihat bagaimana mesin kecil ini menggambar gambar dengan sangat baik dengan akurasi yang baik. Pada dasarnya semua gambar yang ingin Anda gambar dengan mesin ini perlu dikonversi dalam file Gcode menggunakan INKSCAPE SOFTWARE. aliran Gcode ini pada arduino melalui pemrosesan program GCTRL. dan L293D Perisai motor sesuai dengan instruksi motor stepper cara memindahkan, menggabungkan dan menyinkronkan gerakan steppers berakhir dengan gambar yang bagus. Mesin ini memiliki dua sumbu X-AXIS & Y-AXIS. Sumbu X adalah merencanakan, kertas ditempatkan pada sumbu X. Sumbu Y memegang pulpen. Untuk lebih jelasnya anda dapat melihat gambar ilustrasi di bawah ini!!! Untuk lebi

CONTO DONGENG SASAKALA

Conto dongeng sasakala Di handap ieu aya sababaraha rupa conto dongeng sasakala di Bahasa sunda. Pek kuhidep klik link di handap ieu sangkan bisa maca carita dina tiap-tiap judul: 1.        Sasakala Gunung Tangkuban Parahu 2.          SasakalaSitu Bagendit 3.          Sasakala Talaga Warna 4.          Sasakala Gunung Gajah 5.        Sasakala Ratna Inten Déwata 6.          Sasakala Cika-Cika Di Cianjur 7.          Sasakala Hayam Pelung 8.          Sasakala Kuda Kosong 9.          Sasakala Béas Pandanwangi 10.      Sasakala Lembur Sabadar 11.      Sasakala Kampung Sodong 12.      Sasakala Leuwi Batok jeung Asal-Usul Cianjur 13.    Sasakala Ciguriang, 14.      Sasakala Cikalong 15.      Sasakala Gunteng, 16.      Sasakala Pasir Panglay, 17.      Sasakala Hegar Manah 18.    Sasakala Gang Laksana 19.    Sasakala Kampung Samolo 20.    Sasakala Kampung Warung Jambu 21.    Sasakala Rancagoong 22.      Sasakala Lembur Cimaja,

Ebook Gratis Pengolahan Citra

Aturan Verifikasi dan Validasi Model Simulasi

Model simulasi yang dibangun harus kredibel. Representasi kredibel sistem nyata oleh model simulasi ditunjukkan oleh verifikasi dan validasi model. Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alur (Hoover dan Perry, 1989). verifikasi adalah pemeriksaan apakah program komputer simulasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dengan pemeriksaan program komputer. Verifikasi memeriksa penerjemahan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemrograman secara benar (Law dan Kelton, 1991) . Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi, merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata? (Hoover dan Perry, 1989); validasi adalah penentuan apakah mode konseptual simulasi (sebagai tandingan program komputer) adalah representasi akurat dari sistem nyata yang sedang dimodelkan (Law dan Kelton, 1991). Gambar berikut menunjukkan relasi verifikasi

soal-soal beserta jawaban teknik tenaga listrik UNIKOM

SOAL SOAL  TRANSMISI: 1.   Transmisi energi listrik jarak jauh dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi, Jelaskan alasan2nya. Jawab: Beberapa alasan Transmisi energi listrik jarak jauh dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi , yaitu: a.   Bila tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil. b.   Dengan arus listrik yang kecil maka ener gi yang hilang pada kawat transmisi (energi     disipasi) juga kecil. c.    J uga dengan arus kecil cukup digunakan    kawat berpenampang relatif lebih kecil, sehingga lebih ekonomis. 2.   Sebutkan komponen utama saluran transmisi. (minimal 4 buah) Jawab:     Komponen-komponen utama : a.   Menara/tiang Transmisi b.   Isolator c.    Kawat Penghantar (Conductor) d.   Kawat Tanah (Ground wire) 3.   Sebutkan kelebihan dan kekurangan Saluran Udara (Overhead Lines) dibanding Saluran Kabel Tanah (Underground Cable). Jawab: Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua katego